TEORI DAN PENELITIAN

Disarikan dari buku W. Lawrence Neuman, yang berjudul Social Research Methods ‘Qualitative and Quantitative Approaches’

 

Pada tulisan ini saya akan merangkum hal-hal penting dalam buku yang ditulis oleh W. Lawrence Neuman, yang berjudul Social Research Methods ‘Qualitative and Quantitative Approaches’. Adapun hal-hal yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah mengenai teori, bagian-bagian dari teori, manfaat dari teori dalam suatu penelitian dan bagaimana pentingnya teori tersebut dalam suatu penelitian. Dalam tulisan ini akan dijelaskan bagaimana teori tersebut dikelompokkan dan berdasarkan tingkatan dan ruang lingkupnya. Dalam melakukan penelitian, teori membantu peneliti dalam mendeskripsikan apa yang terjadi dan menjelaskan mengapa terjadi. Teori-teori menjelaskan kepada peneliti fakta-fakta mana yang penting dan tidak penting dalam proses penelitian. Teori berdasar pada nilai-nilai tertentu. Suatu teori harus dapat menjelaskan atau memahami barbagai fenomena yang terjadi dalam dunia sosial.

Pertanyaan yang sering muncul adalah “apa yang dimaksud dengan teori?” Pertanyaan tersebut dapat dijawab sebagai berikut : Teori adalah sebuah sistem dari hubungan interaksi ide-ide yang menyimpulkan dan merangkum serta mengorganisasikan penegartian tentang dunia sosial. Teori merupakan jalan yang tepat dalam mengetahui tentang dunia yang sebenarnya. Teori ilmu sosial tampak lebih rumit jika dibandingkan dengan teori orang awam lainnya. Dengan demikian dapat terbantu dengan adanya ‘parsimony’ yaitu suatu teori yang sederhana, yang dapat memberikan pemahaman yang mendalam terhadap bahasan yang menjadi pokok permasalahan. Parsimony secara sederhana dapat diartikan sebagai : simple lebih baik.

Pada dasarnya teori memiliki perbedaan-perbedaan dengan ideologi. Perbedaan yang mendasar adalah bahwa Teori itu dapat diuji dan dikembangkan, sedangkaan ideology lebih bersifat tertutup, ideal dan sempurna. Ideologi adalah sistem kepercayaan yang tertutup dan mengalami perubahaan yang saangat sedikit. Ideologi tertutup terhadap pertentangan-pertentangaan fakta. Peneliti tidak pernah menguji apakah suatu ideologi benar atau salah. Berbeda dengan teori yang mana, para peneliti dapat menguji suatu teori secara terus menerus dan suatu teori dapat digantikan jika ditemukan teori baru yang lebih menjawab suatu permasalahan. Walaupun demikian, terdapat persamaan antar ideologi dan teori. Yakni keduanya sama-sama ingin menjelaskan kejadian yang terjadi di dunia dan mengandung ide atau konsep dan gagasan serta menetapkan hubungan diantara konsep tersebut.

Pada dasarnya suatu teori terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut yakni : konsep, hubungan (perhubungan) dan ruang lingkup. Konsep merupakan bagian bangunan teori. Konsep adalah ide yang diungkapkan dengan kata atau symbol. Konsep ada dimana-mana dan kita sering menggunakannya setiap waktu. Konsep terdiri dari dua bagian yakni symbol dan defenisi. Kita dapat menciptaakan suatu konsep dari pengalaman pribadi, pandagna kreatif dan berdasarkan pengamataan. Selain itu suatu teori juga dapat dikelompokkan. Klasifikasi sangat penting pada banyak teori. Salah satu bentuk klasifikasi yang terkenal adalah tipe ideal. Peneliti kualitatif sering menggunakan ‘tipe ideal’ untuk melihat bagaimana penelitian fenomena yang baik dalam mencocokkannya kedalam suatu model yang ideal. Selain itu terdapat tipe klasifikasi yang lain yakni, tipologi atau taksonomi. Dimana peneliti menggabungkan dua atau lebih dimensi, konsep sederhana, yang mana seperti pertemuan konsep sederhana membentuknya menjadi konsep baru.
Teori mengandung banyak konsep, defenisi dan asumsi. Teori secar spesifik menjelaskan bagaimana suatu konsep terhubung antar satu dengan yang lain. Teori membantu para peneliti menjelaskan apakah konsep tersebut berhubungan dan bagaimana bentuk hubungan tersebut. Teori sosial mengandung konsep, sebuah hubungan antar konsep dan sebuah masalah mekanisme dalam suatu hubungan. Beberapa konsep bersifat abstrak, sebagian berada pada level abstraksi menengah dan sebagiaan lagi pada level konkrit. Ketika menciptaakan atau melanjutkan suatu teori dan menspesifikasikan hubungannya, peneliti terlebih dahulu harus memperhitungkan tipe-tipe persoalan, kasus, atau situasi dimana teori tersebut akan digunakan, hal ini yang dimaksud dengan ruang lingkup.

Dalam menjelaskan antara hubungan antar fakta dan teori terdapat dua posisi yang ekstrim yakni: posisi kaum empiris, menyatakan bahwa fakta dan teori secar total berbeda, dan posisi relativis yang menyatakan terdapat hubungan antara fakta dan teori. Semua fakta dibentuk dari teori formal dan informal. Dalam penelitian terdapat dua pilihan arah pendekatan pembentukan dan pengujian teori yakni: pendekatan deduktif dan pendekatan induktif. Dalam pendekatan deduktif, peneliti memulai dengan sebuah abstraksi, hubungan logika antara konsep, kemudian bergerak kearah bukti empiris konkrit. Sedangkan dalam pendekatan induktif, dimulai dengan observasi, menyempurnakan konsep, mengembangkan generalisasi empiris. Sehingga dengan demikian teori bena-benar dibangun dari dasar.

Dalam bukunya, Lawrence membagi teori kedalam tiga kelompok luar melalui tingkat kenyataan sosial yakni:

  1. Level teori mikro, dilakukan dengan waktu, ruang dan jumlah anggota yang sedikit,
  2. Level teori makro, mengandung isi mengenai pelaksanaaan kumpulan kumpulan yang lebih luas. Menggunakan lebih banyak konsep yang abstrak
  3. Level teori menengah, berusaha menghubungkan level mikro dan makro atau berjalan pada level perantara.

Suatu teori juga terbagi menjadi teori formal dan teori substansive. Teori sibstansive dikembangkan untuk suatu area yang spesifik mengenai kehidupan sosial, sedangkan teori formal dikembangkan untuk suatu area konseptual yang lebih luas dalam teori umum. Tujuan utama dari sebuah teori adalah untuk menjelaskan. Terdapat dua pengertian dan fungsi dari penjelasan yakni, penjelasan teoritis yakni argument yang logis yang memberitahukan mengapa sesuatu terjadi dan penjelasan biasa, yang membuat sesuatu lebih jelas dan menggambarkan dengan jalan mengilustrasikan sesuatu tersebut hingga dapat dimengerti. Dalam melakukan suatu penelitian, terdapat adanya suatu prediksi atau sebuah pernyataan bahwa sesuatu akan terjadi. Suatu penjelasan atau explanation dapat diterangkaan melalui tiga cara yakni penyebab, struktur dan penafsiran dari penjelasan tersebut. Adapun tujuan dari penafsiran ini membantu perkembangaan pengetahuan dengan berusaha menemukan arti dari peristiwa dengan menempatkannya dalam konteks sosial yang spesifik. Peneliti memberitahukan mengapa peristiwaa sosial terjadi lewat tiga cara ini.

Selain itu Lawrence mengemukakan adanya kerangka teoritis yang disebut juga paradigma atau sistem teori. Kerangka teoritis ini lebih bersifat abstrak dan dari pada teori formal dan teori substansive. Dalam memimpin suatu penelitian, kebanyakan peneliti menggunakan teori tingkat menengah dan generalisasi empiris. Kerangka teoritis, jarang digunakan secara langsung. Lawrence mengemukakan bahwa teori dan penelitian adalah pasangan yang dinamis. Teori membantu bagaimana kita melihat dan berpikir mengenai suatu topic atau permasalahan. Teori memberi kita konsep, menyediakana asumsi-asumsi dasar, menyusun pertanyaan penting dan menganjurkan cara pengambilan data yang relevan dalam suaatu penelitian. Peneliti dapat mengubah bagian teori ataupun menolaknya jika menunjukkan hasil yang negatif. Menurut Lawrence, pembedaan antara penelitian daan teori adalah mustahil dan dibuat-buat. Nilai dari teori adalah aspek utama yang perlu diperhatikan untuk melakukan suatu penelitian yang baik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teori adalah suatu pandangan atau persepsi tentang apa yang terjadi. Jadi berteori adalah ‘pekerjaan menonton”; yaitu pekerjaan mendiskripsikan apa yang terjadi, menjelaskan mengapa itu terjadi dan mungkin juga meramalkan kemungkinan berulangnya kejadian itu dimasa depan.Teori membantu kita menjelaskan dan meramalkan fenomena sosial dan dengan demikian juga membantu pembuatan keputusan praktis. Ketika menjelaskan suatu fenomena, teori memerlukan pembuktian secara sistematik. Artinya, teori harus diuji dengan bukti-bukti yang sistematik. Teori yang baik adalah teori yang bisa didukung atau ditolak melalui analisa yang jelas dan penggunaan data secara sistematik.

Pembagian dan pengklasifisian teori berdasarkan ruang lingkupnya (teori mikro, teori makro) berdasarkan jangkauannya dan berdasarkan tingkat-tingkatnya serta berdasarkan struktur internalnya. Terdapat sistem klasifikasi dalam teori seperti tipologi yang bertujuan membuat skema yang tertib untuk mengklasifikasikan dan mendeskripsikan fenomena. Kriteria penilaian terhadap suatu teori yakni dengan parsimony, kemampuan menyatakan sebanyak mungkin dengan sesedikit mungkin data dan daya eksplanasi, kemampuan menjelaskan perilaku dengan sesedikit anomaly.

Menurut saya, dalam menjelaskan mengenai teori, terdapat kelebihan dan kekurangan yang dikemukakan oleh Lawence. Lawrence dalam bukunya, lebih mengupas daan menjelaskan mengenai teori, tujuan, pembagian, ruang lingkupnya dan kedudukannya dalam suatu penelitian secara mendalam dan mendetail. Akan tetapi tidak menjelaskan mengenai teori dengan sederhana dan mudah dimengerti. Sebagai contoh dalam klasifikasi teori, secara langsung dan jelas membagi teori tersebut berdasarkan tipe-tipe atau karakteristik tertentu, seperti berdasarkan ruang lingkup, jangkauan dan struktur internalnya. Akan tetapi pada dasarnya, bedasarkan pemahaman yang mendalam tehadap buku tersebut dapat dikemukakan bahwa, teori membantu peneliti dalam penelitian. Teori membantu menjelaskan fenomena dalam dunia sosial. Suatu teori dapat ditolak dan digantikan dengan analisa yang jelas dan penggunaan data yang sistematik serta berdasarkan fakta sosial yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

 

Continue Reading

HISTORICAL – COMPARATIVE RESEACH DALAM PENELITIAN HUKUM

 

Cara pengumpulan data, baik dalam penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif, terdiri dari experimental research, survey research, nonreactive research, field research, dan historical-comparative research. Dalam hal penelitian kualitatif, dari kelima tipologi pengumpulan data tersebut, hanya dua tipe yang digunakan yaitu: field research dan historical-comparative research sebagaimana dijabarkan dalam buku Lawrence Neuman, Basics of Social Research Qualitative and Quantitave Approaches.

Penelitian perbandingan-kesejarahan adalah studi tentang peristiwa-peristiwa dan pertanyaan-pertanyaan di masa lalu dengan menggunakan metode dalam sosiologi dan penelitian ilmiah sosial lainnya untuk menginformasikan hasil-hasil dan jawaban-jawaban yang mungkin terhadap peristiwa-peristiwa dan pertanyaan-pertanyaan pada masa kini. Penelitian ini dimulai pada akhir tahun 1950-an yang kemudian sebagai bagian dari disiplin sejarah menjadi lebih berhubungan dengan sosiologi.

Tipe pengumpulan data dalam bentuk penelitian perbandingan-kesejarahan ini pada dasarnya banyak terkait dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia, seperti halnya terorisme, peperangan, rasisme, imigrasi dalam skala besar-besaran, kekerasan yang dimotivasi oleh kebencian religius, kebobrokan di perkotaan, dan lain-lain. Jadi, jelas bahwa tipe penelitian perbandingan-kesejarahan sangat erat kaitannya dengan studi sosial dan politik.

Penelitian perbandingan-kesejarahan banyak digunakan oleh para pemikir ilmu sosial seperti halnya Emile Durkheim, Karl Marx, dan Max Weber. Para pemikir abad ke-19 inilah yang melahirkan ilmu pengetahuan sosial. Contoh aplikasi tipe penelitian ini dalam sosiologi yaitu: perubahan sosial, sosiologi politik, gerakan sosial, dan stratifikasi sosial). Selain itu diterapkan juga dalam agama, kriminologi, perilaku seksual, hubungan ras, dan keluarga. Namun, teknik-teknik dan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam tipe penelitian ini berpadu dengan sejarah tradisional dan penelitian sosial kuantitatif. Pendekatan perbandingan-kesejarahan cocok digunakan ketika mempertanyakan perubahan skala makro/ proses perubahan sosial lintas waktu/ universal lintas masyarakat.

 

Big Questions dan Ketepatan Penggunaan Pendekatan Perbandingan-Kesejarahan

Pertanyaan-pertanyaan besar (big questions) adalah pertanyaan-pertanyaan mengenai akibat-akibat skala-besar yang dianggap penting secara substantif dan normatif baik oleh spesialis maupun oleh nonspesialis. Namun, tentu saja tidak semua peneliti yang mengemukakan big questions berangkat dari sudut pandang analisis perbandingan-kesejarahan.

Berdasarkan langkah-langkah dalam proses penelitian di atas, maka sebelum dilakukannya pengumpulan data, maka diperlukan rumusan pertanyaan penelitian. Dengan menggunakan tipe penelitian perbandingan-kesejarahan ini, maka pertanyaan-pertanyaan besar akan dapat ditujukan. Misalnya menyangkut bagaimana perubahan sosial yang utama terjadi, tentang ciri-ciri mendasar yang umum terdapat pada kebanyakan masyarakat, ataupun mengenai pertanyaan mengapa pengaturan sosial cenderung berbentuk lembaga dan bukan dalam bentuk lainnya. Dalam uraian mengenai pendekatan perbandingan-kesejarahan, bentuk-bentuk pertanyaan yang menjadi fokus penelitian ini disebut sebagai big questions.

Bagaimanakah seharusnya ketepatan penggunaan tipe penelitian perbandingan-kesejarahan ini? Penelitian ini tepat digunakan untuk:

  1. Menguji keterpaduan dari faktor-faktor sosial yang menghasilkan akibat tertentu. Contohnya: perang sipil.
  2. Membandingkan sistem sosial secara keseluruhan untuk memperoleh ciri-ciri umum antarmasyarakat dan juga keunikannya, serta untuk mengkaji perubahan sosial dalam jangka panjang.
  3. Mengungkap keterhubungan di antara kelompok-kelompok atau faktor-faktor atau kelompok-kelompok sosial dengan menggunakan teori tertentu sebagai ilustrasi.
  4. Membandingkan proses-proses dan konsep-konsep sosial yang sama dalam konteks sejarah atau budaya yang berbeda-beda.
  5. Menginterpretasi data atau menentang penjelasan yang sebelumnya sudah ada dengan cara mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan yang berbeda, menemukan bukti-bukti baru, ataupun mengumpulkan bukti-bukti dengan cara yang berbeda dari yang sebelumnya.
  6. Memperkuat konseptualisasi dan pembentukan teori dengan cara melihat pada peristiwa-peristiwa historis atau konteks kebudayaan yang berbeda-beda.

Penelitian perbandingan-kesejarahan memerlukan pemahaman akan latar belakang historis mengenai suatu studi. Jika ini tidak dilakukan maka akan terasa sulit untuk memahami bahwa suatu teori yang muncul (teori klasik) sebenarnya dipengaruhi oleh kondisi kontemporer pada saat teori itu dibuat. Sebagai contoh adalah “Manifesto Komunis” yang diciptakan oleh Karl Marx. Jika dipahami dari aspek kesejarahan, maka dapat dipahami bahwa apa yang dipersepsikan Karl Marx dalam karyanya itu diciptakan sedemikian rupa karena dipengaruhi oleh kondisi Eropa dan dunia pada saat itu yang sangat kental dengan feodalisme. Feodalisme ditandai dengan munculnya stratifikasi sosial antara para tuan tanah dan para petani budak. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa suatu teori ternyata terbentuk secara kontekstual dan kondisional dari konstelasi jaman di mana sang teoritisi hidup.

Logika Penelitian Perbandingan-Kesejarahan

Apakah ada kebingungan dalam memahami penggunaan istilah dalam tipe penelitian perbandingan-kesejarahan ini? Hal ini dapat dijelaskan dalam dua bentuk logika berikut:

  1. Logika penelitian perbandingan-kesejarahan dan penelitian kuantitatif.

Dalam melakukan pengumpulan data secara perbandingan-kesejarahan, sebagian peneliti menggunakan pendekatan positivis kuantitatif. Sementara, peneliti lainnya menggunakan pendekatan kualitatif, interpretatif, dan kritis. Peneliti yang menggunakan pendekatan positivis menilai bahwa tidak ada perbedaan di antara penelitian sosial kuantitatif dan penelitan perbandingan-kesejarahan.

  1. Logika penelitian perbandingan-kesejarahan dan penelitian interpretatif.

Dari segi logika ini, penelitian perbandingan-kesejarahan dianggap berbeda dengan pendekatan positivis dan interpretatif. Studi kasus dan penggunaan data kualitatif dalam penelitian perbandingan kesejarahan dapat menggunakan prinsip-prinsip positivis. Studi kasusnya adalah yang kritis, bisa yang hanya terjadi pada suatu bangsa saja, dan mengkaji lebih luas mengenai proses dan detail kesejarahan. Pendapat lain menilai bahwa justru penelitian perbandingan-kesejarahan yang tidak mengandung generalisasi kausal sebagai indikator “benar” tidaklah cukup. Persamaan pendekatan interpretatif ekstrim dan perbandingan kesejarahan in terdapat adalah bahwa keduanya menilai fokus kultur dan pemahaman empatik (melihat dari sudut pandang orang lain) sebagai tujuan utama penelitian sosial.

Dalam buku Basics of Social Research Qualitative and Quantitave Approaches (2004), Lawrence Neuman mengemukakan tiga dimensi untuk mengadakan penelitian perbandingan-kesejarahan, yaitu:

  1. Apakah peneliti fokus pada apa yang terjadi di suatu bangsa atau sejumlah bangsa-bangsa, ataukah si peneliti mencoba untuk mengkaji banyak bangsa (dimensi subjeknya)?
  2. Bagaimanakah si peneliti memasukkan unsur waktu atau sejarah? Apakah ia fokus pada satu periode saja di masa lampau, menyelidiki peristiwa-peristiwa yang melintasi banyak tahun, ataukah menelaah periode waktu sekarang atau yang sedang terjadi pada saat ini (dimensi waktunya)?
  3. Apakah analisis si peneliti terutama berlandaskan pada data kualitatif atau data kuantitatif (dimensi datanya)?

Keunikan Penelitian Perbandingan-Kesejarahan

Lebih lanjut, Neuman menguraikan enam keunikan dari tipe penelitian perbandingan-kesejarahan sebagai berikut:

  1. Bukti.

Oleh karena penelitian perbandingan-kesejarahan sangat banyak menggunakan studi dokumen (misalnya surat kabar dan surat-surat), maka tipe penelitian ini biasanya menjadi terbatas (limited) dan tidak langsung (indirect). Pengamatan langsung atau keterlibatan si peneliti seringkali tidak mungkin dilakukan. Rekonstruksi bukti penelitian dapat dilakukan, namun tetap saja tidak dapat diperoleh hasil rekonstruksi mutlak dapat dipercaya. Bukti-bukti yang digunakan tergantung pada daya tahan dokumen-dokumen dari masa lalu. Apa yang masih dapat digunakan (tidak hancur) dan masih tertinggal dalam bentuk salinan, rekaman, atau bukti lainnya inilah yang dapat dijadikan bukti.

  1. Distorsi.

Rekonstruksi masa lalu atau kebudayaan yang berbeda dapat dengan mudah mengalami penyimpangan dari kenyataan (distorsi). Hal ini memunculkan kesadaran bagi peneliti dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum periode itu dikaji, peristiwa yang terjadi di tempat-tempat selain lokasi yang dikaji, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah periode itu dikaji.

  1. Peran manusia.

Dalam hal ini kesadaran masyarakat dalam konteks dan menggunakan motif-motif mereka sebagai faktor kausal. Penelitian perbandingan-kesejarahan ini mengakui kemampuan orang-orang untuk belajar, membuat keputusan, dan bertindak atas apa yang mereka pelajari untuk mengubah rangkaian peristiwa. Kemampuan masyarakat untuk belajar memunculkan ketidakpastian keadaan (indeterminacy) terhadap penelitian perbandingan-kesejarahan.

  1.   Penyebab.

Tipe penelitian ini ingin mengetahui apakah rangkaian peristiwa yang berbeda dapat dilihat sebagai hal yang masuk akal oleh orang-orang yang terlibat. Jadi, pandangan dunia dan pengetahuan orang-orang menjadi faktor pengaruh keadaan yang membentuk orang-orang yang sedang diteliti itu sebagai sebuah kemungkinan atau justru ketidakmungkinan bagi jalan untuk mencapai tujuan.

  1. Mikro/ makro.

Peneliti dalam tipologi ini memperbandingkan skala mikro (skala kecil, interaksi langsung) dan makro (struktur sosial skala besar). Peneliti menjelaskan kedua level ini berdasarkan realitas dan menghubungkan antarkeduanya.

  1. Lintas konteks.

Keistimewaan penelitian ini adalah kemampuannya untuk berubah antara konteks spesifik dan perbandingan umum. Seorang peneliti mengkaji konteks tertentu, memperhatikan persamaan dan perbedaan, dan akhirnya menggeneralisirnya. Setelah itu, peneliti harus melihat lagi pada konteks spesifik dengan menggunakan generalisasi. Yang diperbandingkan adalah unit analisis geografis-kultural (misalnya daerah perkotaan, bangsa-bangsa, perhimpunan/ perkumpulan, dll). Konteks masa lampau yang ada pada suatu kebudayaan misalnya: periode, jaman, abad, era, dll). Sehingga ini menghasilkan ketegangan kreatif antara konteks spesifik yang konkrit dan ide-ide abstrak dari peneliti untuk menciptakan keterhubungan di antara konteks-konteks itu.

Bukti-Bukti dan Data Historis dalam Penelitian Perbandingan-Kesejarahan

Bukti-bukti historis meliputi empat macam, yakni: sumber primer (primary sources), sumber sekunder (secondary sources), catatan kronologis (running records), dan ingatan (recollections). Para sejarawan tradisional lebih banyak menggunakan sumber primer. Sementara, para peneliti perbandingan-kesejarahan lebih banyak menggunakan sumber sekunder atau kombinasi dari tipe data yang berbeda.

Sumber-sumber primer contohnya: surat-surat, catatan-catatan harian (diary), surat kabar, film-film, novel-novel, artikel-artikel, foto-foto, dan sebagainya dari orang-orang yang hidup pada masa lalu dan benda-benda itu masih dalam kondisi yang layak hingga sekarang. Sumber primer ini dapat ditemukan di rak tempat penyimpanan dokumen, koleksi pribadi, lemari keluarga, atau di museum. Apa yang kita miliki sekarang (surat-surat, program televisi, iklan-iklan, pakaian, mobil, dll) akan menjadi sumber primer pada sejarawan di masa depan.

Namun, keterbatasan waktu secara praktis dapat membatasi penelitian pada banyak sumber-sumber primer menjadi sebuah bingkai waktu atau lokasi yang terbatas. Untuk itu, agar dapat diperoleh gambaran yang lebih luas, maka peneliti perbandingan-kesejarahan menggunakan sumber-sumber sekunder. Contoh sumber-sumber sekunder ini adalah: tulisan dari sejarawan tertentu yang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari sumber-sumber primer.

Catatan-catatan kronologis merupakan arsip-arsip atau dokumen-dokumen statistik yang terus dibuat oleh organisasi tertentu. Contohnya: catatan kronologis mengenai setiap pernikahan dan kematian dari tahun 1910 hingga sekarang yang dilakukan oleh sebuah gereja wilayah.

Ingatan merupakan kata-kata atau tulisan individual mengenai masa lalu atau pengalaman mereka berdasarkan kenangan. Namun, karena ingatan ini tidak sempurna, maka seringkali mengalami penyimpangan dari kenyataan. Contohnya: seorang wanita berumur 80-an tahun yang diwawancarai mengenai kehidupannya dalam organisasi Ku Klux Klan.

Keterbatasan dan Keunggulan Penelitian Perbandingan

Penelitian komparatif pada dasarnya tidak memiliki distingsi, baik dalam penggunaan penelitian cross-cultural comparative maupun penelitian yang diadakan dalam satu masyarakat tertentu. Penelitian komparatif memiliki sejumlah keterbatasan antara lain:

  1. Penelitian komparatif lebih sulit, lebih mahal dari segi biaya, dan lebih membutuhkan waktu lebih banyak ketimbang penelitian yang bukan bersifat komparatif.
  2. Kasus penelitiannya lebih terbatas. Para peneliti komparatif jarang menggunakan random sampling. Informasi yang cukup juga tidak tersedia untuk seluruh kira-kira 150 bangsa-bangsa di dunia. Bagian kecil dari nonrandom juga tidak tersedia (misalnya negara-negara miskin, negara-negara nondemokratik, dll).
  3. Penelitian komparatif dapat menggunakan teori tetapi tidak dapat menguji teori itu, serta hanya dapat membuat generalisasi yang terbatas.

Beberapa keunggulan penelitian perbandingan ini adalah:

  1. Lebih merupakan suatu perspektif/ orientasi ketimbang teknik penelitian.
  2. Mengekspos kelemahan dalam disain penelitian dan membantu peneliti meningkatkan kualitas penelitian.
  3. Fokusnya persamaan dan perbedaan antara unit-unit analisis.
  4. Meningkatkan pengukuran dan konseptualisasi.
  5. Memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru dan menstimulasi pembentukan teori.

Unit-Unit yang Diperbandingkan

Dalam penelitian perbandingan-kesejarahan, unit-unit analisis yang diperbandingkan adalah kebudayaan terhadap bangsa (culture versus nation) dan Masalah Galton (Galton’s Problem). Untuk kemudahan, banyak para peneliti perbandingan-kesejarahan seringkali menggunakan bangsa-negara (nation-state) sebagai unit analisis penelitian mereka. Unit analisis lain disebut sebagai Galton’s Problem yang dibuat berdasarkan nama Sir Francis Galton (1822-1911). Ketika peneliti membandingkan unit-unit atau karakteristik mereka, mereka menginginkan agar unit-unit itu tidak berbeda tetapi sebenarnya bagian dari unit yang lebih besar, sehingga peneliti akan mencari hubungan palsu (tidak nyata). Misalnya, unit-unitnya adalah negara-negara dan provinsi-provinsi di Kanada, Prancis, dan Amerika Serikat. Peneliti kemudian menemukan hubungan yang kuat antara berbicara dalam bahasa Inggris dengan menjadikan dollar sebagai mata uang, atau berbicara dalam bahasa Prancis dan menggunakan franc sebagai mata uang. Jelas bahwa hubungan itu ada karena unit-unit analisis adalah bagian dari unit yang lebih besar.

Pentingnya Unsur Kesamaan dalam Penelitian Perbandingan Kesejarahan

Unsur-unsur kesamaan dalam penelitian perbandingan kesejarahan adalah penting. Inilah isu dalam membuat perbandingan lintas konteks yang beragam, atau ketika peneliti berada dalam periode waktu atau kebudayaan tertentu, telah dibaca secara benar, dimengerti, dan dikonseptualisasikan dari era atau kebudayaan yang berbeda tersebut. Tanpa adanya kesamaan, maka peneliti tidak dapat menggunakan konsep yang sama atau ukuran yang sama dalam periode historik atau budaya yang berbeda-beda.

Menurut Neuman, kesamaan-kesamaan ini terdiri dari: kesamaan leksikon (penerjemahan kata atau frase yang sama dengan kata lain), kesamaan kontekstual (penerapan konsep atau terminologi dalam berbagai konteks historis), kesamaan konseptual (penggunaan konsep yang sama di berbagai era), dan kesamaan ukuran (kesamaan konsep pada berbagai seting yang berbeda).

Hal-Hal Yang harus diperhatikan

Penggunaan sumber-sumber historis primer kadangkala memunculkan persoalan yang berkaitan dengan etika tertentu. Beberapa di antaranya dirangkum sebagai berikut:

  1. Sulitnya mereplikasi penelitian berdasarkan pada material primer sehingga integritas si peneliti sangat diperlukan.
  2. Hak untuk melindungi privasi seseorang dapat terintervensi dengan adanya hak untuk memperoleh bukti. Jika ada skandal, keturunan seseorang akan berusaha untuk menghancurkan atau menyembunyikan bukti, termasuk presiden.
  3. Harus sensitif terhadap soal budaya dan politik dari interaksi lintas-kultural.
  4. Membangun hubungan baik dengan pemerintah negara yang dikunjungi (host), bukan sebagai mata-mata atau karena suruhan/ tekanan dari pemerintah si peneliti.
  5. Kehadiran atau temuan si peneliti dapat menyebabkan masalah diplomatik berupa kontroversi dari pemerintah negara yang dikunjungi akibat dari pernyataan atau ungkapan simpatik si peneliti.

 

 

Referensi:

Mahoney, James, and Dietrich Rueschemeyer, ed. 2003. Comparative Historical Analysis in the Social Sciences. United Kingdom: Cambridge University Press.

Neuman, W. Lawrence. 2004. Basics of Social Research Qualitative and Quantitave Approaches. United States of America: Pearson Education.

Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

 

 

(PENELITIAN PERBANDINGAN – KESEJARAHAN)

 

Oleh :

Saiful Anam

 

Cara pengumpulan data, baik dalam penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif, terdiri dari experimental research, survey research, nonreactive research, field research, dan historical-comparative research. Dalam hal penelitian kualitatif, dari kelima tipologi pengumpulan data tersebut, hanya dua tipe yang digunakan yaitu: field research dan historical-comparative research sebagaimana dijabarkan dalam buku Lawrence Neuman, Basics of Social Research Qualitative and Quantitave Approaches.

Penelitian perbandingan-kesejarahan adalah studi tentang peristiwa-peristiwa dan pertanyaan-pertanyaan di masa lalu dengan menggunakan metode dalam sosiologi dan penelitian ilmiah sosial lainnya untuk menginformasikan hasil-hasil dan jawaban-jawaban yang mungkin terhadap peristiwa-peristiwa dan pertanyaan-pertanyaan pada masa kini. Penelitian ini dimulai pada akhir tahun 1950-an yang kemudian sebagai bagian dari disiplin sejarah menjadi lebih berhubungan dengan sosiologi.

Tipe pengumpulan data dalam bentuk penelitian perbandingan-kesejarahan ini pada dasarnya banyak terkait dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia, seperti halnya terorisme, peperangan, rasisme, imigrasi dalam skala besar-besaran, kekerasan yang dimotivasi oleh kebencian religius, kebobrokan di perkotaan, dan lain-lain. Jadi, jelas bahwa tipe penelitian perbandingan-kesejarahan sangat erat kaitannya dengan studi sosial dan politik.

Penelitian perbandingan-kesejarahan banyak digunakan oleh para pemikir ilmu sosial seperti halnya Emile Durkheim, Karl Marx, dan Max Weber. Para pemikir abad ke-19 inilah yang melahirkan ilmu pengetahuan sosial. Contoh aplikasi tipe penelitian ini dalam sosiologi yaitu: perubahan sosial, sosiologi politik, gerakan sosial, dan stratifikasi sosial). Selain itu diterapkan juga dalam agama, kriminologi, perilaku seksual, hubungan ras, dan keluarga. Namun, teknik-teknik dan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam tipe penelitian ini berpadu dengan sejarah tradisional dan penelitian sosial kuantitatif. Pendekatan perbandingan-kesejarahan cocok digunakan ketika mempertanyakan perubahan skala makro/ proses perubahan sosial lintas waktu/ universal lintas masyarakat.

 

Big Questions dan Ketepatan Penggunaan Pendekatan Perbandingan-Kesejarahan

Pertanyaan-pertanyaan besar (big questions) adalah pertanyaan-pertanyaan mengenai akibat-akibat skala-besar yang dianggap penting secara substantif dan normatif baik oleh spesialis maupun oleh nonspesialis. Namun, tentu saja tidak semua peneliti yang mengemukakan big questions berangkat dari sudut pandang analisis perbandingan-kesejarahan.

Berdasarkan langkah-langkah dalam proses penelitian di atas, maka sebelum dilakukannya pengumpulan data, maka diperlukan rumusan pertanyaan penelitian. Dengan menggunakan tipe penelitian perbandingan-kesejarahan ini, maka pertanyaan-pertanyaan besar akan dapat ditujukan. Misalnya menyangkut bagaimana perubahan sosial yang utama terjadi, tentang ciri-ciri mendasar yang umum terdapat pada kebanyakan masyarakat, ataupun mengenai pertanyaan mengapa pengaturan sosial cenderung berbentuk lembaga dan bukan dalam bentuk lainnya. Dalam uraian mengenai pendekatan perbandingan-kesejarahan, bentuk-bentuk pertanyaan yang menjadi fokus penelitian ini disebut sebagai big questions.

Bagaimanakah seharusnya ketepatan penggunaan tipe penelitian perbandingan-kesejarahan ini? Penelitian ini tepat digunakan untuk:

  1. Menguji keterpaduan dari faktor-faktor sosial yang menghasilkan akibat tertentu. Contohnya: perang sipil.
  2. Membandingkan sistem sosial secara keseluruhan untuk memperoleh ciri-ciri umum antarmasyarakat dan juga keunikannya, serta untuk mengkaji perubahan sosial dalam jangka panjang.
  3. Mengungkap keterhubungan di antara kelompok-kelompok atau faktor-faktor atau kelompok-kelompok sosial dengan menggunakan teori tertentu sebagai ilustrasi.
  4. Membandingkan proses-proses dan konsep-konsep sosial yang sama dalam konteks sejarah atau budaya yang berbeda-beda.
  5. Menginterpretasi data atau menentang penjelasan yang sebelumnya sudah ada dengan cara mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan yang berbeda, menemukan bukti-bukti baru, ataupun mengumpulkan bukti-bukti dengan cara yang berbeda dari yang sebelumnya.
  6. Memperkuat konseptualisasi dan pembentukan teori dengan cara melihat pada peristiwa-peristiwa historis atau konteks kebudayaan yang berbeda-beda.

Penelitian perbandingan-kesejarahan memerlukan pemahaman akan latar belakang historis mengenai suatu studi. Jika ini tidak dilakukan maka akan terasa sulit untuk memahami bahwa suatu teori yang muncul (teori klasik) sebenarnya dipengaruhi oleh kondisi kontemporer pada saat teori itu dibuat. Sebagai contoh adalah “Manifesto Komunis” yang diciptakan oleh Karl Marx. Jika dipahami dari aspek kesejarahan, maka dapat dipahami bahwa apa yang dipersepsikan Karl Marx dalam karyanya itu diciptakan sedemikian rupa karena dipengaruhi oleh kondisi Eropa dan dunia pada saat itu yang sangat kental dengan feodalisme. Feodalisme ditandai dengan munculnya stratifikasi sosial antara para tuan tanah dan para petani budak. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa suatu teori ternyata terbentuk secara kontekstual dan kondisional dari konstelasi jaman di mana sang teoritisi hidup.

Logika Penelitian Perbandingan-Kesejarahan

Apakah ada kebingungan dalam memahami penggunaan istilah dalam tipe penelitian perbandingan-kesejarahan ini? Hal ini dapat dijelaskan dalam dua bentuk logika berikut:

  1. Logika penelitian perbandingan-kesejarahan dan penelitian kuantitatif.

Dalam melakukan pengumpulan data secara perbandingan-kesejarahan, sebagian peneliti menggunakan pendekatan positivis kuantitatif. Sementara, peneliti lainnya menggunakan pendekatan kualitatif, interpretatif, dan kritis. Peneliti yang menggunakan pendekatan positivis menilai bahwa tidak ada perbedaan di antara penelitian sosial kuantitatif dan penelitan perbandingan-kesejarahan.

  1. Logika penelitian perbandingan-kesejarahan dan penelitian interpretatif.

Dari segi logika ini, penelitian perbandingan-kesejarahan dianggap berbeda dengan pendekatan positivis dan interpretatif. Studi kasus dan penggunaan data kualitatif dalam penelitian perbandingan kesejarahan dapat menggunakan prinsip-prinsip positivis. Studi kasusnya adalah yang kritis, bisa yang hanya terjadi pada suatu bangsa saja, dan mengkaji lebih luas mengenai proses dan detail kesejarahan. Pendapat lain menilai bahwa justru penelitian perbandingan-kesejarahan yang tidak mengandung generalisasi kausal sebagai indikator “benar” tidaklah cukup. Persamaan pendekatan interpretatif ekstrim dan perbandingan kesejarahan in terdapat adalah bahwa keduanya menilai fokus kultur dan pemahaman empatik (melihat dari sudut pandang orang lain) sebagai tujuan utama penelitian sosial.

Dalam buku Basics of Social Research Qualitative and Quantitave Approaches (2004), Lawrence Neuman mengemukakan tiga dimensi untuk mengadakan penelitian perbandingan-kesejarahan, yaitu:

  1. Apakah peneliti fokus pada apa yang terjadi di suatu bangsa atau sejumlah bangsa-bangsa, ataukah si peneliti mencoba untuk mengkaji banyak bangsa (dimensi subjeknya)?
  2. Bagaimanakah si peneliti memasukkan unsur waktu atau sejarah? Apakah ia fokus pada satu periode saja di masa lampau, menyelidiki peristiwa-peristiwa yang melintasi banyak tahun, ataukah menelaah periode waktu sekarang atau yang sedang terjadi pada saat ini (dimensi waktunya)?
  3. Apakah analisis si peneliti terutama berlandaskan pada data kualitatif atau data kuantitatif (dimensi datanya)?

Keunikan Penelitian Perbandingan-Kesejarahan

Lebih lanjut, Neuman menguraikan enam keunikan dari tipe penelitian perbandingan-kesejarahan sebagai berikut:

  1. Bukti.

Oleh karena penelitian perbandingan-kesejarahan sangat banyak menggunakan studi dokumen (misalnya surat kabar dan surat-surat), maka tipe penelitian ini biasanya menjadi terbatas (limited) dan tidak langsung (indirect). Pengamatan langsung atau keterlibatan si peneliti seringkali tidak mungkin dilakukan. Rekonstruksi bukti penelitian dapat dilakukan, namun tetap saja tidak dapat diperoleh hasil rekonstruksi mutlak dapat dipercaya. Bukti-bukti yang digunakan tergantung pada daya tahan dokumen-dokumen dari masa lalu. Apa yang masih dapat digunakan (tidak hancur) dan masih tertinggal dalam bentuk salinan, rekaman, atau bukti lainnya inilah yang dapat dijadikan bukti.

  1. Distorsi.

Rekonstruksi masa lalu atau kebudayaan yang berbeda dapat dengan mudah mengalami penyimpangan dari kenyataan (distorsi). Hal ini memunculkan kesadaran bagi peneliti dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum periode itu dikaji, peristiwa yang terjadi di tempat-tempat selain lokasi yang dikaji, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah periode itu dikaji.

  1. Peran manusia.

Dalam hal ini kesadaran masyarakat dalam konteks dan menggunakan motif-motif mereka sebagai faktor kausal. Penelitian perbandingan-kesejarahan ini mengakui kemampuan orang-orang untuk belajar, membuat keputusan, dan bertindak atas apa yang mereka pelajari untuk mengubah rangkaian peristiwa. Kemampuan masyarakat untuk belajar memunculkan ketidakpastian keadaan (indeterminacy) terhadap penelitian perbandingan-kesejarahan.

  1.   Penyebab.

Tipe penelitian ini ingin mengetahui apakah rangkaian peristiwa yang berbeda dapat dilihat sebagai hal yang masuk akal oleh orang-orang yang terlibat. Jadi, pandangan dunia dan pengetahuan orang-orang menjadi faktor pengaruh keadaan yang membentuk orang-orang yang sedang diteliti itu sebagai sebuah kemungkinan atau justru ketidakmungkinan bagi jalan untuk mencapai tujuan.

  1. Mikro/ makro.

Peneliti dalam tipologi ini memperbandingkan skala mikro (skala kecil, interaksi langsung) dan makro (struktur sosial skala besar). Peneliti menjelaskan kedua level ini berdasarkan realitas dan menghubungkan antarkeduanya.

  1. Lintas konteks.

Keistimewaan penelitian ini adalah kemampuannya untuk berubah antara konteks spesifik dan perbandingan umum. Seorang peneliti mengkaji konteks tertentu, memperhatikan persamaan dan perbedaan, dan akhirnya menggeneralisirnya. Setelah itu, peneliti harus melihat lagi pada konteks spesifik dengan menggunakan generalisasi. Yang diperbandingkan adalah unit analisis geografis-kultural (misalnya daerah perkotaan, bangsa-bangsa, perhimpunan/ perkumpulan, dll). Konteks masa lampau yang ada pada suatu kebudayaan misalnya: periode, jaman, abad, era, dll). Sehingga ini menghasilkan ketegangan kreatif antara konteks spesifik yang konkrit dan ide-ide abstrak dari peneliti untuk menciptakan keterhubungan di antara konteks-konteks itu.

Bukti-Bukti dan Data Historis dalam Penelitian Perbandingan-Kesejarahan

Bukti-bukti historis meliputi empat macam, yakni: sumber primer (primary sources), sumber sekunder (secondary sources), catatan kronologis (running records), dan ingatan (recollections). Para sejarawan tradisional lebih banyak menggunakan sumber primer. Sementara, para peneliti perbandingan-kesejarahan lebih banyak menggunakan sumber sekunder atau kombinasi dari tipe data yang berbeda.

Sumber-sumber primer contohnya: surat-surat, catatan-catatan harian (diary), surat kabar, film-film, novel-novel, artikel-artikel, foto-foto, dan sebagainya dari orang-orang yang hidup pada masa lalu dan benda-benda itu masih dalam kondisi yang layak hingga sekarang. Sumber primer ini dapat ditemukan di rak tempat penyimpanan dokumen, koleksi pribadi, lemari keluarga, atau di museum. Apa yang kita miliki sekarang (surat-surat, program televisi, iklan-iklan, pakaian, mobil, dll) akan menjadi sumber primer pada sejarawan di masa depan.

Namun, keterbatasan waktu secara praktis dapat membatasi penelitian pada banyak sumber-sumber primer menjadi sebuah bingkai waktu atau lokasi yang terbatas. Untuk itu, agar dapat diperoleh gambaran yang lebih luas, maka peneliti perbandingan-kesejarahan menggunakan sumber-sumber sekunder. Contoh sumber-sumber sekunder ini adalah: tulisan dari sejarawan tertentu yang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari sumber-sumber primer.

Catatan-catatan kronologis merupakan arsip-arsip atau dokumen-dokumen statistik yang terus dibuat oleh organisasi tertentu. Contohnya: catatan kronologis mengenai setiap pernikahan dan kematian dari tahun 1910 hingga sekarang yang dilakukan oleh sebuah gereja wilayah.

Ingatan merupakan kata-kata atau tulisan individual mengenai masa lalu atau pengalaman mereka berdasarkan kenangan. Namun, karena ingatan ini tidak sempurna, maka seringkali mengalami penyimpangan dari kenyataan. Contohnya: seorang wanita berumur 80-an tahun yang diwawancarai mengenai kehidupannya dalam organisasi Ku Klux Klan.

Keterbatasan dan Keunggulan Penelitian Perbandingan

Penelitian komparatif pada dasarnya tidak memiliki distingsi, baik dalam penggunaan penelitian cross-cultural comparative maupun penelitian yang diadakan dalam satu masyarakat tertentu. Penelitian komparatif memiliki sejumlah keterbatasan antara lain:

  1. Penelitian komparatif lebih sulit, lebih mahal dari segi biaya, dan lebih membutuhkan waktu lebih banyak ketimbang penelitian yang bukan bersifat komparatif.
  2. Kasus penelitiannya lebih terbatas. Para peneliti komparatif jarang menggunakan random sampling. Informasi yang cukup juga tidak tersedia untuk seluruh kira-kira 150 bangsa-bangsa di dunia. Bagian kecil dari nonrandom juga tidak tersedia (misalnya negara-negara miskin, negara-negara nondemokratik, dll).
  3. Penelitian komparatif dapat menggunakan teori tetapi tidak dapat menguji teori itu, serta hanya dapat membuat generalisasi yang terbatas.

Beberapa keunggulan penelitian perbandingan ini adalah:

  1. Lebih merupakan suatu perspektif/ orientasi ketimbang teknik penelitian.
  2. Mengekspos kelemahan dalam disain penelitian dan membantu peneliti meningkatkan kualitas penelitian.
  3. Fokusnya persamaan dan perbedaan antara unit-unit analisis.
  4. Meningkatkan pengukuran dan konseptualisasi.
  5. Memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru dan menstimulasi pembentukan teori.

Unit-Unit yang Diperbandingkan

Dalam penelitian perbandingan-kesejarahan, unit-unit analisis yang diperbandingkan adalah kebudayaan terhadap bangsa (culture versus nation) dan Masalah Galton (Galton’s Problem). Untuk kemudahan, banyak para peneliti perbandingan-kesejarahan seringkali menggunakan bangsa-negara (nation-state) sebagai unit analisis penelitian mereka. Unit analisis lain disebut sebagai Galton’s Problem yang dibuat berdasarkan nama Sir Francis Galton (1822-1911). Ketika peneliti membandingkan unit-unit atau karakteristik mereka, mereka menginginkan agar unit-unit itu tidak berbeda tetapi sebenarnya bagian dari unit yang lebih besar, sehingga peneliti akan mencari hubungan palsu (tidak nyata). Misalnya, unit-unitnya adalah negara-negara dan provinsi-provinsi di Kanada, Prancis, dan Amerika Serikat. Peneliti kemudian menemukan hubungan yang kuat antara berbicara dalam bahasa Inggris dengan menjadikan dollar sebagai mata uang, atau berbicara dalam bahasa Prancis dan menggunakan franc sebagai mata uang. Jelas bahwa hubungan itu ada karena unit-unit analisis adalah bagian dari unit yang lebih besar.

Pentingnya Unsur Kesamaan dalam Penelitian Perbandingan Kesejarahan

Unsur-unsur kesamaan dalam penelitian perbandingan kesejarahan adalah penting. Inilah isu dalam membuat perbandingan lintas konteks yang beragam, atau ketika peneliti berada dalam periode waktu atau kebudayaan tertentu, telah dibaca secara benar, dimengerti, dan dikonseptualisasikan dari era atau kebudayaan yang berbeda tersebut. Tanpa adanya kesamaan, maka peneliti tidak dapat menggunakan konsep yang sama atau ukuran yang sama dalam periode historik atau budaya yang berbeda-beda.

Menurut Neuman, kesamaan-kesamaan ini terdiri dari: kesamaan leksikon (penerjemahan kata atau frase yang sama dengan kata lain), kesamaan kontekstual (penerapan konsep atau terminologi dalam berbagai konteks historis), kesamaan konseptual (penggunaan konsep yang sama di berbagai era), dan kesamaan ukuran (kesamaan konsep pada berbagai seting yang berbeda).

Hal-Hal Yang harus diperhatikan

Penggunaan sumber-sumber historis primer kadangkala memunculkan persoalan yang berkaitan dengan etika tertentu. Beberapa di antaranya dirangkum sebagai berikut:

  1. Sulitnya mereplikasi penelitian berdasarkan pada material primer sehingga integritas si peneliti sangat diperlukan.
  2. Hak untuk melindungi privasi seseorang dapat terintervensi dengan adanya hak untuk memperoleh bukti. Jika ada skandal, keturunan seseorang akan berusaha untuk menghancurkan atau menyembunyikan bukti, termasuk presiden.
  3. Harus sensitif terhadap soal budaya dan politik dari interaksi lintas-kultural.
  4. Membangun hubungan baik dengan pemerintah negara yang dikunjungi (host), bukan sebagai mata-mata atau karena suruhan/ tekanan dari pemerintah si peneliti.
  5. Kehadiran atau temuan si peneliti dapat menyebabkan masalah diplomatik berupa kontroversi dari pemerintah negara yang dikunjungi akibat dari pernyataan atau ungkapan simpatik si peneliti.

 

 

Referensi:

Mahoney, James, and Dietrich Rueschemeyer, ed. 2003. Comparative Historical Analysis in the Social Sciences. United Kingdom: Cambridge University Press.

Neuman, W. Lawrence. 2004. Basics of Social Research Qualitative and Quantitave Approaches. United States of America: Pearson Education.

Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.

 

Continue Reading